Tampilkan postingan dengan label ebook. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ebook. Tampilkan semua postingan
9.22.2015
6.06.2015
My Stuff @Seminar Riset Nasional Id-SIRTII/CC vol. V
6/06/2015
SMRX86
Photo by @smrx86 |
Password (still): idsecconf2014
11.16.2014
10.30.2013
Tempo Special Edition: Tan Malaka
10/30/2013
SMRX86
Several day's ago, i got chance to chat with my of old friend. It has been 4 year's we be a part without any contact. I surprises she read this blog...she said "i like it", thanks...
We talk much about some topics that already i post...one of them is about Madilog by Tan Malaka n then she ask me if i could send her the complete articles from tempo magazines Tan Malaka editon...
Hmmm.....it makes me lit confused, cos that file is separated into large amount file. But lately i got idea to make it into ebook, n last night i finished that.
Ok here it is...
Hope u all like it......happy reading..........C'ya
+ u can also get "GERPOLEK" here
PS: use foxit reader to open the ebook....*recommended
4.26.2012
Tempo Edisi Khusus Kartosoewirjo
4/26/2012
SMRX86
SEKARMADJI Maridjan Kartosoewirjo lahir pada 7 Januari 1907 di Cepu, Jawa Tengah-kota dengan romansa Bengawan Solo dan belukar hutan jati. Sang ayah, Kartosoewirjo, mantri candu pemerintah Belanda, memberinya nama Sekarmadji Maridjan. Kelak nama ayahnya disematkan di belakang nama sang bayi. Kakek si orok adalah Kartodikromo, Lurah Cepu. Rumah sang kakek tempat Sekarmadji lahir, di belakang pasar lama, kini telah musnah.
Yang tersisa adalah rumah di Jalan Raya Cepu 15, milik Kartodimedjo, paman Sekarmadji, yang sempat menjadi pamong praja pemerintah Belanda. Rumah kayu jati berkapur putih yang dibangun pada 1890 itulah tempat berkumpul keluarga besar Kartodikromo. “Ini rumah induk, tempat jujugan keluarga besar kami,” kata Nuk Mudarti, 75 tahun, keponakan Sekarmadji.
Pada usia enam tahun, Sekarmadji masuk Inlandsche School der Tweede Klasse Cepu, sekolah yang biasa disebut sekolah ongko loro (angka dua).
Sebagai anak pegawai pemerintah, Sekarmadji hidup berpindah-pindah mengikuti tugas ayahnya. Selain di Cepu, ayahnya pernah berdinas di Pamotan, Rembang, Jawa Tengah. Di kota ini, Sekarmadji melanjutkan sekolah ke Hollands Inlandsche School. Ketika pindah ke Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, pada 1919, ia meneruskan pendidikan ke Europeesche Lagere School, sekolah elite khusus anak Belanda. Hanya pribumi cerdas yang boleh masuk. Di kala libur, Sekarmadji kerap bermalam di rumah Jalan Raya Cepu 15.
Pada 1923, Sekarmadji meneruskan pendidikan ke Nederlandsch Indische Artsen School, sekolah kedokteran Belanda di Surabaya. Saat itu Sekarmadji sudah hafal Al-Quran berikut tafsirnya. Kemampuan ini dikembangkan ketika dia kuliah di Surabaya dan mempertemukannya dengan tokoh Islam, Haji Oemar Said Tjokroaminoto.
Masa kecil Sekarmadji dihabiskan di lingkungan abdi dalem pemerintah Belanda. “Kami keturunan birokrat,” kata Nuk. Ronodikromo, kakek buyut Sekarmadji, adalah Lurah Merak, Panolan, Cepu. Soal keyakinan beragama, “Keluarga Kartodikromo cenderung abangan,” kata Nuk. “Kami priayi feodal.”
Meski priayi feodal, keluarga Kartodikromo demokratis. Perbedaan prinsip, pandangan politik, dan ideologi dihargai. Anak-anak diajari berpendirian teguh. “Itulah mengapa Mas Marco dan Sekarmadji teguh mempertahankan prinsip.”
Mas Marco, satu dari tujuh anak Kartodikromo, meninggal di pengasingan Digul karena menentang pemerintah Belanda. Marco dikenal sebagai aktivis kiri di era kolonial. Sekarmadji memimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Keislaman Sekarmadji banyak dipengaruhi ajaran Notodihardjo, pemuka Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) di Padangan, Bojonegoro. Pikiran kritis Sekarmadji terus bertumbuh ketika dia kuliah di Surabaya.
Suatu malam pada 1948, Sekarmadji datang ke rumah nomor 15. Nuk Mudarti masih mengingatnya. Kehadiran pamannya ini mencemaskan orang serumah. Jika Sekarmadji datang, polisi dan intelijen mengitari rumah. “Menakutkan,” kata Nuk. “Saya masih kecil, tak tahu mengapa intel menguntitnya.” Sejak 1940-an, Sekarmadji tak pernah lagi singgah di rumah induk. “Hingga kami mendengar dia merantau ke Malangbong,” kata Nuk. Hubungannya dengan Cepu putus.
Soemarti alias Dora, saudara kandung Sekarmadji, turut hijrah ke Malangbong, Garut, Jawa Barat. Dia pernah mengajak keluarga Cepu berkunjung ke Malangbong. Oleh-oleh hasil bumi sudah disiapkan. Tapi kunjungan itu tak pernah terwujud.
Saat meletus peristiwa pemberontakan DI/TII, keluarga Cepu menutup diri. Ketertutupan berlanjut sampai zaman Orde Baru. Keluarga besar Cepu, yang rata-rata pegawai pemerintahan, khawatir disangkutpautkan dengan gerakan Sekarmadji.
“Kami jadi kepaten obor, kehilangan jejak,” kata Kusparyono, 55 tahun, keponakan Sekarmadji di Cepu. Sardjono, putra bungsu Sekarmadji, membenarkan soal putusnya hubungan keluarga ini. “Sejak Ayah hijrah ke Malangbong, tak pernah lagi ke Cepu,” katanya.
Fonts by Typekit
Zaman berganti. Kini perjalanan hidup Sekarmadji justru membuat keluarga Cepu bangga. “Kami rindu bertemu anak-cucu Sekarmadji,” kata Nuk. Sardjono merasakan hal yang sama. “Kami tak punya bayangan bagaimana Cepu itu,” ujarnya.
l l l
RUMAH tua di Jalan Dr Soetomo, Pengkok, Padangan, Bojonegoro, itu kosong, tak terurus. Bangunan besar berwarna merah dengan lis abu-abu itu milik Mashudi (almarhum), pengusaha transportasi, anggota PSII pada 1940-an. “Ini rumah bersejarah,” kata Yunani, 58 tahun, putra Mashudi.
Sebelum masa pendudukan Jepang, rumah ini ditempati Notodihardjo alias Abdurrahman, aktivis PSII yang bergabung dengan Muhammadiyah. Saban bulan, Noto mengadakan pengajian sambil mengumpulkan bantuan untuk kaum fakir. Warga Bojonegoro, Ngawi, Blora, dan Cepu datang menghadiri pengajian. “Mbah Noto ini guru ngaji Sekarmadji,” kata Yunani. “Beliau punya mesin tik.”
Murid Noto lainnya adalah Suroatmodjo, juga anggota PSII. Putranya, Slamet, 67 tahun, berkisah tentang sang guru ngaji berdasarkan penuturan ayahnya. Noto berasal dari Surakarta. Istrinya dari Montong, Tuban. Tutur katanya halus, dia selalu mengenakan blangkon, beskap, dan selop. “Katanya, Noto keturunan Keraton Mangkunegaran,” ujar Slamet.
Dalam perenungan guru-murid menurut kisah yang didengar Ahmad, muncul dua sosok. Noto menaiki macan putih, yang diartikan sebagai pandita. Adapun sosok Sekarmadji muncul dengan menaiki kuda putih, simbol pengelana.
Rumah ayah Slamet, Suroatmodjo, di Dusun Sale, Sumembramum, Ngraho, sekitar 45 kilometer di barat Bojonegoro. Rumah ini kerap digunakan sebagai tempat rapat tokoh PSII. “Kami menyebutnya pertemuan rahasia, sering dihadiri orang tak dikenal,” kata Slamet.
Pada 1950-an, sebulan penuh Noto diperiksa polisi Ngawi. Polisi tidak menemukan bukti keterlibatannya dalam pemberontakan DI/TII. Hubungan Noto dan Sekarmadji dianggap hanya bersifat keagamaan. Pensiunan sinder kehutanan itu pun bebas dari tuduhan.
Tak jelas benar kapan persisnya Sekarmadji berguru pada Noto. Mungkin ketika Sekarmadji masih tinggal bersama ayahnya, atau ketika dia kuliah di Surabaya. “Kami tak tahu,” kata Nuk Mudarti.
Haji Damamini, 81 tahun, tokoh Masyumi dan Muhammadiyah di Ngraho, bercerita tentang sosok Noto. Menurut dia, Noto tersohor di seantero Cepu dan kota-kota di sekitarnya. “Dia punya indra keenam,” kata Damamini. Kemampuan itulah yang menerbitkan simpati dan hormat banyak orang kepada Noto.
Hubungan Noto-Sekarmadji banyak diwarnai kisah yang susah ditelusuri kebenarannya. Ahmad, 60 tahun, salah satu santri Noto, pernah mendengar kisah pertemuan Noto-Sekarmadji di tepi Bengawan Solo pada 1948. Ketika itu, sang murid hendak mengambil keputusan penting: hijrah ke Malangbong.
Dalam perenungan guru-murid, menurut kisah yang didengar Ahmad, muncul dua sosok. Noto menaiki macan putih, yang diartikan sebagai pandita. Adapun sosok Sekarmadji muncul dengan menaiki kuda putih, simbol pengelana. Noto meminta muridnya memperdalam agama dulu. Namun Sekarmadji nekat dan memilih pergi ke Malangbong. “Mereka lalu berpisah,” kata Ahmad.
Noto terus mengajar ngaji hingga wafat, pada 1971. Dia dimakamkan di Padangan. Jejak Sekarmadji pun semakin kabur sepeninggal sang guru. Ahmad mengenang, “Hanya Mbah Noto yang tahu hati Sekarmadji.”
Yang tersisa adalah rumah di Jalan Raya Cepu 15, milik Kartodimedjo, paman Sekarmadji, yang sempat menjadi pamong praja pemerintah Belanda. Rumah kayu jati berkapur putih yang dibangun pada 1890 itulah tempat berkumpul keluarga besar Kartodikromo. “Ini rumah induk, tempat jujugan keluarga besar kami,” kata Nuk Mudarti, 75 tahun, keponakan Sekarmadji.
Pada usia enam tahun, Sekarmadji masuk Inlandsche School der Tweede Klasse Cepu, sekolah yang biasa disebut sekolah ongko loro (angka dua).
Sebagai anak pegawai pemerintah, Sekarmadji hidup berpindah-pindah mengikuti tugas ayahnya. Selain di Cepu, ayahnya pernah berdinas di Pamotan, Rembang, Jawa Tengah. Di kota ini, Sekarmadji melanjutkan sekolah ke Hollands Inlandsche School. Ketika pindah ke Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, pada 1919, ia meneruskan pendidikan ke Europeesche Lagere School, sekolah elite khusus anak Belanda. Hanya pribumi cerdas yang boleh masuk. Di kala libur, Sekarmadji kerap bermalam di rumah Jalan Raya Cepu 15.
Pada 1923, Sekarmadji meneruskan pendidikan ke Nederlandsch Indische Artsen School, sekolah kedokteran Belanda di Surabaya. Saat itu Sekarmadji sudah hafal Al-Quran berikut tafsirnya. Kemampuan ini dikembangkan ketika dia kuliah di Surabaya dan mempertemukannya dengan tokoh Islam, Haji Oemar Said Tjokroaminoto.
Masa kecil Sekarmadji dihabiskan di lingkungan abdi dalem pemerintah Belanda. “Kami keturunan birokrat,” kata Nuk. Ronodikromo, kakek buyut Sekarmadji, adalah Lurah Merak, Panolan, Cepu. Soal keyakinan beragama, “Keluarga Kartodikromo cenderung abangan,” kata Nuk. “Kami priayi feodal.”
Meski priayi feodal, keluarga Kartodikromo demokratis. Perbedaan prinsip, pandangan politik, dan ideologi dihargai. Anak-anak diajari berpendirian teguh. “Itulah mengapa Mas Marco dan Sekarmadji teguh mempertahankan prinsip.”
Mas Marco, satu dari tujuh anak Kartodikromo, meninggal di pengasingan Digul karena menentang pemerintah Belanda. Marco dikenal sebagai aktivis kiri di era kolonial. Sekarmadji memimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Keislaman Sekarmadji banyak dipengaruhi ajaran Notodihardjo, pemuka Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) di Padangan, Bojonegoro. Pikiran kritis Sekarmadji terus bertumbuh ketika dia kuliah di Surabaya.
Suatu malam pada 1948, Sekarmadji datang ke rumah nomor 15. Nuk Mudarti masih mengingatnya. Kehadiran pamannya ini mencemaskan orang serumah. Jika Sekarmadji datang, polisi dan intelijen mengitari rumah. “Menakutkan,” kata Nuk. “Saya masih kecil, tak tahu mengapa intel menguntitnya.” Sejak 1940-an, Sekarmadji tak pernah lagi singgah di rumah induk. “Hingga kami mendengar dia merantau ke Malangbong,” kata Nuk. Hubungannya dengan Cepu putus.
Soemarti alias Dora, saudara kandung Sekarmadji, turut hijrah ke Malangbong, Garut, Jawa Barat. Dia pernah mengajak keluarga Cepu berkunjung ke Malangbong. Oleh-oleh hasil bumi sudah disiapkan. Tapi kunjungan itu tak pernah terwujud.
Saat meletus peristiwa pemberontakan DI/TII, keluarga Cepu menutup diri. Ketertutupan berlanjut sampai zaman Orde Baru. Keluarga besar Cepu, yang rata-rata pegawai pemerintahan, khawatir disangkutpautkan dengan gerakan Sekarmadji.
“Kami jadi kepaten obor, kehilangan jejak,” kata Kusparyono, 55 tahun, keponakan Sekarmadji di Cepu. Sardjono, putra bungsu Sekarmadji, membenarkan soal putusnya hubungan keluarga ini. “Sejak Ayah hijrah ke Malangbong, tak pernah lagi ke Cepu,” katanya.
Fonts by Typekit
Zaman berganti. Kini perjalanan hidup Sekarmadji justru membuat keluarga Cepu bangga. “Kami rindu bertemu anak-cucu Sekarmadji,” kata Nuk. Sardjono merasakan hal yang sama. “Kami tak punya bayangan bagaimana Cepu itu,” ujarnya.
l l l
RUMAH tua di Jalan Dr Soetomo, Pengkok, Padangan, Bojonegoro, itu kosong, tak terurus. Bangunan besar berwarna merah dengan lis abu-abu itu milik Mashudi (almarhum), pengusaha transportasi, anggota PSII pada 1940-an. “Ini rumah bersejarah,” kata Yunani, 58 tahun, putra Mashudi.
Sebelum masa pendudukan Jepang, rumah ini ditempati Notodihardjo alias Abdurrahman, aktivis PSII yang bergabung dengan Muhammadiyah. Saban bulan, Noto mengadakan pengajian sambil mengumpulkan bantuan untuk kaum fakir. Warga Bojonegoro, Ngawi, Blora, dan Cepu datang menghadiri pengajian. “Mbah Noto ini guru ngaji Sekarmadji,” kata Yunani. “Beliau punya mesin tik.”
Murid Noto lainnya adalah Suroatmodjo, juga anggota PSII. Putranya, Slamet, 67 tahun, berkisah tentang sang guru ngaji berdasarkan penuturan ayahnya. Noto berasal dari Surakarta. Istrinya dari Montong, Tuban. Tutur katanya halus, dia selalu mengenakan blangkon, beskap, dan selop. “Katanya, Noto keturunan Keraton Mangkunegaran,” ujar Slamet.
Dalam perenungan guru-murid menurut kisah yang didengar Ahmad, muncul dua sosok. Noto menaiki macan putih, yang diartikan sebagai pandita. Adapun sosok Sekarmadji muncul dengan menaiki kuda putih, simbol pengelana.
Rumah ayah Slamet, Suroatmodjo, di Dusun Sale, Sumembramum, Ngraho, sekitar 45 kilometer di barat Bojonegoro. Rumah ini kerap digunakan sebagai tempat rapat tokoh PSII. “Kami menyebutnya pertemuan rahasia, sering dihadiri orang tak dikenal,” kata Slamet.
Pada 1950-an, sebulan penuh Noto diperiksa polisi Ngawi. Polisi tidak menemukan bukti keterlibatannya dalam pemberontakan DI/TII. Hubungan Noto dan Sekarmadji dianggap hanya bersifat keagamaan. Pensiunan sinder kehutanan itu pun bebas dari tuduhan.
Tak jelas benar kapan persisnya Sekarmadji berguru pada Noto. Mungkin ketika Sekarmadji masih tinggal bersama ayahnya, atau ketika dia kuliah di Surabaya. “Kami tak tahu,” kata Nuk Mudarti.
Haji Damamini, 81 tahun, tokoh Masyumi dan Muhammadiyah di Ngraho, bercerita tentang sosok Noto. Menurut dia, Noto tersohor di seantero Cepu dan kota-kota di sekitarnya. “Dia punya indra keenam,” kata Damamini. Kemampuan itulah yang menerbitkan simpati dan hormat banyak orang kepada Noto.
Hubungan Noto-Sekarmadji banyak diwarnai kisah yang susah ditelusuri kebenarannya. Ahmad, 60 tahun, salah satu santri Noto, pernah mendengar kisah pertemuan Noto-Sekarmadji di tepi Bengawan Solo pada 1948. Ketika itu, sang murid hendak mengambil keputusan penting: hijrah ke Malangbong.
Dalam perenungan guru-murid, menurut kisah yang didengar Ahmad, muncul dua sosok. Noto menaiki macan putih, yang diartikan sebagai pandita. Adapun sosok Sekarmadji muncul dengan menaiki kuda putih, simbol pengelana. Noto meminta muridnya memperdalam agama dulu. Namun Sekarmadji nekat dan memilih pergi ke Malangbong. “Mereka lalu berpisah,” kata Ahmad.
Noto terus mengajar ngaji hingga wafat, pada 1971. Dia dimakamkan di Padangan. Jejak Sekarmadji pun semakin kabur sepeninggal sang guru. Ahmad mengenang, “Hanya Mbah Noto yang tahu hati Sekarmadji.”
download here
2.24.2012
Tempo Edisi Khusus Soeharto (ebook)
2/24/2012
SMRX86
Majalah Tempo Edisi 4-10 Februari 2008
Ruang rapat Tempo itu penuh sesak oleh para tamu dari belasan perwakilan umat Nasrani. Seluruh awak redaksi, dari pemimpin redaksi hingga calon reporter, hadir pada Selasa, 5 Februari itu. "Perjamuan" sekitar satu jam tersebut adalah buntut gambar pada sampul majalah Tempo yang terinspirasi lukisan Leonardo da Vinci: Perjamuan Terakhir Yesus Kristus. Para perwakilan menyatakan keberatan dengan pemuatan gambar yang menurut mereka sakral itu.
Gambar tersebut dimuat Tempo beberapa hari setelah wafatnya bekas presiden Soeharto. Mirip komposisi Perjamuan Terakhir, Soeharto tampak dikelilingi enam anaknya. Sebelum kedatangan para perwakilan itu, protes juga masuk melalui surat elektronik, faksimile, telepon, dan pesan pendek. Sejumlah media bahkan memuat gambar sampul majalah ini.
Meski pada mulanya diskusi berlangsung panas, semua pihak keluar dari ruang rapat dengan senyum. Pemimpin Redaksi Toriq Hadad menyatakan permintaan maaf jika gambar itu telah menyinggung perasaan umat Kristen. Tempo memuat permintaan maaf di Koran Tempo dan majalah edisi berikutnya. Para perwakilan umat pun menyatakan masalah selesai.
Tak cuma heboh dan mengundang kontroversi, Tempo edisi khusus Soeharto juga termasuk yang paling laris dalam sepuluh tahun terakhir. Para pembaca yang penasaran-terutama setelah heboh "perjamuan"-dan ingin memiliki edisi tersebut harus gigit jari, karena cuma selang sehari setelah beredar, semuanya laku terjual.
Edisi ini mengulas 32 tahun kekuasaan Soeharto. Edisi ini disiapkan selama tujuh tahun. Tim edisi khusus ini pun berganti empat kali.
Ruang rapat Tempo itu penuh sesak oleh para tamu dari belasan perwakilan umat Nasrani. Seluruh awak redaksi, dari pemimpin redaksi hingga calon reporter, hadir pada Selasa, 5 Februari itu. "Perjamuan" sekitar satu jam tersebut adalah buntut gambar pada sampul majalah Tempo yang terinspirasi lukisan Leonardo da Vinci: Perjamuan Terakhir Yesus Kristus. Para perwakilan menyatakan keberatan dengan pemuatan gambar yang menurut mereka sakral itu.
Gambar tersebut dimuat Tempo beberapa hari setelah wafatnya bekas presiden Soeharto. Mirip komposisi Perjamuan Terakhir, Soeharto tampak dikelilingi enam anaknya. Sebelum kedatangan para perwakilan itu, protes juga masuk melalui surat elektronik, faksimile, telepon, dan pesan pendek. Sejumlah media bahkan memuat gambar sampul majalah ini.
Meski pada mulanya diskusi berlangsung panas, semua pihak keluar dari ruang rapat dengan senyum. Pemimpin Redaksi Toriq Hadad menyatakan permintaan maaf jika gambar itu telah menyinggung perasaan umat Kristen. Tempo memuat permintaan maaf di Koran Tempo dan majalah edisi berikutnya. Para perwakilan umat pun menyatakan masalah selesai.
Tak cuma heboh dan mengundang kontroversi, Tempo edisi khusus Soeharto juga termasuk yang paling laris dalam sepuluh tahun terakhir. Para pembaca yang penasaran-terutama setelah heboh "perjamuan"-dan ingin memiliki edisi tersebut harus gigit jari, karena cuma selang sehari setelah beredar, semuanya laku terjual.
Edisi ini mengulas 32 tahun kekuasaan Soeharto. Edisi ini disiapkan selama tujuh tahun. Tim edisi khusus ini pun berganti empat kali.
download here
10.27.2011
Tempo Edisi Khusus "Sumpah Pemuda"
10/27/2011
SMRX86
Bulan oktober tahun 2008, majalah tempo mencetak satu edisi khusus yang membahas tentang sumpah pemuda. Kumpulan tulisan ini memuat beberapa artikel yang menceritakan tentang tokoh2 besar yang tutur andil dalam terlaksananya kongres pemuda I & II berikut cerita tentang bagaimana bisa tercapainya kesepakatan konsep/teks sumpah pemuda.
Di antara tokoh yang diperbincangkan antara lain :
- M.Hatta, Nazir Pamutjak dkk yang menyuarkan manifesto 1925 di Belanda.
- Mohammad Tabrani Soerjowitjitro sebagai pelopor kongres pemuda pertama (30 April- 2 mei 1926)
- Mohammad Yamin yang sejak kongres pemuda pertama telah mengajukan usul bahasa melayu sebagai basis dasar bahsa Indonesia.
- Soegondo Djojopoespito yang dalam kepemimpinannya kongres pemuda ke II berhasil mencapai sebuah kesepakatan yang kemudian diberi nama "ikrar pemuda".
- Sunario Sastrowardoyo, tokoh yang berperan aktif dalam dua peristiwa yang menjadi tonggak sejarah nasional baik itu manifesto perhimpunan indonesia 1925 maupun kongres pemuda I dan II.
- W.R. Soepratman sebagi orang menciptakan sekaligus yang memainkan pertama kali partitur-partitur lagu Indonesia Raya.
- Sie Kok Liong, sebagai seseorang yang memfasilitasi tempat terjadinya peristiwa bersejarah ini
- Amir sjarifudin, Dr.Leimena.
- serta Sundari (Raden Ayu Siti Sundari) dan Sujatin sebagai tokoh wanita dalam kongres pemuda I & II
Selain itu, edisi ini juga mengungkapkan tentang penemuan nama "Indonesia" serta artikel Ignaas Kleden tentang bahasa persatuan kita "Bahasa Indonesia".
Kumpulan tulisan2 kecil ini mungkin belum cukup untuk menggambarkan keseluruhan situasi jalannya kongres pemuda I & II, tapi lebih dari cukup untuk memberikan pemahaman kepada kita bahwa sumpah pemuda bukan sekedar teks yang jadi dalam sehari tetapi sebuah ikrar yang telah melewati proses yang panjang. Setiap baitnya di capai lewat perbincangan serius oleh intelektual-intelektual muda saat itu.
Dan tentu saja besar harapan dari mereka2 yang terlibat dari peristiwa besar tersebut, bahwa kepemimpinan hari ini dan rakyatnya sebagai pemegang tongkat estafet bangsa paham akan arti 3 bait "Sumpah Pemuda", dan mentranformasikannya dalam aksi nyata. Membanggakan nama bangsa dengan sebagai terbersih yang dari korupsi, tekompak walau dalam heterogenitas yang tinggi dan tentu saja terkuat karna bisa menjaga keselamatan "Warga Negara Indonesia".
...."Persatuan adalah titik tolak sekaligus titik tuju hidup sebuah bangsa"...
download here
P.S: 27/10 bertepatan dengan hari blogger nasional... so publish ur blog
9.05.2011
ebook tafsir ibnu katsir jilid 1
9/05/2011
SMRX86
Bismillahirrahmanirrahim
"Ramadhan itu bulannya ibadah" setidaknya itu yg sering di kumandangkan mubaligh-mubaligh di mimbar tarawih belakngan ini. semua orang berlomba2 lomba menambang pahala, shalat sunat, iktikaf di mesjid, kejar-kejaran khatamkan al-quran dan jangan sampai lupa... tidur d bulan ramadhan juga ibadah...^^.
seiiring dengan semangat ramadhan yg penuh berkah, d note kali ini sy share 3 link ebookny ibnu katsir, sy tak tahu pasti siapa yg mengapload ny ke scribdb, tapi yang pasti ini qt sangat berterimakasih dan sgt usefull lah. yps here it go
- Tafsir Ibnu Katsir I 1~200 http://www.scribd.com/mobile/documents/465273
- Tafsir Ibnu Katsir I 201~400 http://www.scribd.com/mobile/documents/465278
- Tafsir Ibnu Katsir I 401~ 598 http://www.scribd.com/mobile/documents/465261
- klik link diatas,
- Klik tombol download
- klik save file bukan open with
- rubah nama file yg terdownload dengan Tafsir Ibnu Katsir I 1~200.pdf, Tafsir Ibnu Katsir I 201~400.pdf, Tafsir Ibnu Katsir I 401~ 598.pdf.
- baca sampai khatam...^^
ps: bebeda dengan alamt scribd yg biasa, alamat http://www.scribd.com/mobile akan mengelumasikan alamat site scribd yg biasa ke format mobile web yang memberikan keuntungan buat qt untuk mudah mendownloadnya apalagi bagi yg inetny lelet....^^
6.12.2011
Sepotong Cerita dan Ebook Tentang Natsir
6/12/2011
SMRX86
Politisi dan da’i sejati. Itulah sebutan yang nampaknya tidak berlebihan jika disematkan pada sosok laki-laki pejuang Islam: Mohammad Natsir. Ia lahir di kampung Jembatan Berukir, Alahan Panjang, Sumatra Barat, 17 Juli 1908. Ayahnya Idris Sutan Saripado adalah pegawai juru tulis kontrolir di kampungnya. Ibunya bernama Khadijah. Ia dibesarkan dalam suasana kesederhanaan dan dilingkungan yang taat beribadah.
Laki-laki Pintar dan Cerdas
Natsir mulai menuntut ilmu tahun 1916 di HIS (Holland Inlandische School) Adabiyah, Padang kemudian pindah di HIS Solok. Sore hari belajar di Madrasah Diniyah dan malam hari mengaji ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab.
Tamat dari HIS tahun 1923, Natsir melanjutkan pendidikannya di MULO (SMP) (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Padang. Disanalah ia mulai aktif berorganisasi di Jong Islamieten Bond (JIB) atau Perkumpulan Pemuda Islam cabang Sumatra Barat bersama Sanoesi Pane. Aktivitas utama organisasi ini pada saat itu adalah menentang para misionaris kristen di wilayah Sumatra Utara.
Natsir adalah laki-laki cerdas. Sejak muda ia mahir berbahasa Inggris, Arab, Belanda, Prancis, dan Latin. Karena kecerdasannya, tamat dari MULO pada 1927, Natsir mendapat beasiswa studi di AMS (Algemere Middlebare School) A-II setingkat SMA di Bandung dan lulus tahun 1930 dengan nilai tinggi. Ia sebenarnya berhak melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum di Batavia, sesuai dengan keinginan orang tuanya, agar ia menjadi Meester in de Rechten, atau kuliah ekonomi di Rotterdam. Terbuka juga peluang Natsir untuk menjadi pegawai negeri dengan gaji tinggi.
Tetapi, semua peluang itu tidak diambil oleh Natsir, yang ketika itu sudah mulai tertarik kepada masalah-masalah Islam dan gerakan Islam. Di kota inilah ia berkenalan dengan H. Agus Salim dari Syarekat Islam, Ahmad Soorkaty pendiri organisasi Al-Irsyad Al-Islamiyah, dan A. Hasan, pendiri Persatuan Islam (Persis). Natsir mengambil sebuah pilihan yang berani, dengan memasuki studi Islam di ‘Persatuan Islam’ di bawah asuhan A. Hasan. Tahun 1931-1932, Natsir mengambil kursus guru diploma LO (Lager Onderwijs). Maka, tahun 1932-1942 Natsir dipercaya sebagai Direktur Pendidikan Islam (Pendis) Bandung.
Aktivis Sejati
Sedari muda Natsir aktif berorganisasi. Berbagai aktivitas dakwah dan politik dijalaninya dengan penuh kesungguhan hingga akhir hayatnya. Berikut ini organisasi-organisasi dan berbagai jabatan yang sempat diembannya:
- Ketua Jong Islamieten Bond, Bandung.
- Mendirikan dan mengetuai Yayasan Pendidikan Islam di Bandung.
- Direktur Pendidikan Islam, Bandung.
- Menerbitkan majalah Pembela Islam, dalam melawan propaganda misionaris Kristen, antek-antek penjajah dan kaki tangan asing.
- Anggota Dewan Kabupaten Bandung.
- Kepala Biro Pendidikan Kota Madya (Bandung Shiyakusho).
- Memimpin Majelis Al Islam A’la Indunisiya (MIAI).
- Menjadi pimpinan Direktorat Pendidikan, di Jakarta.
- Sekretaris Sekolah Tinggi Islam (STI) Jakarta.
- Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
- Anggota MPRS.
- Pendiri dan pemimpin partai MASYUMI (Majlis Syuro Muslimin Indonesia)
- Dalam pemilu 1955, yang dianggap pemilu paling demokratis sepanjang sejarah bangsa, Masyumi meraih suara 21% (Masyumi memperoleh 58 kursi, sama besarnya dengan PNI. Sementara NU memperoleh 47 kursi dan PKI 39 kursi). Capaian suara Masyumi itu belum disamai, apalagi terlampaui, oleh partai Islam setelahnya, hingga saat ini.
- Menentang pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Belanda dan mengajukan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini dikenal dengan Mosi Integrasi Natsir. Akhirnya RIS dibubarkan dan seluruh wilayah Nusantara kecuali Irian Barat kembali ke dalam NKRI dengan Muhammad Natsir menjadi Perdana Menteri-nya. Penyelamat NKRI, demikian presiden Soekarno menjuluki Natsir.
- Menteri Penerangan Republik Indonesia.
- Perdana Menteri pertama Republik Indonesia.
- Anggota Parlemen. Penentang utama sekulerisasi negara, pidatonya “Pilih Salah Satu dari Dua Jalan; Islam atau Atheis” di hadapan parlemen, memberi pengaruh yang besar bagi anggota parlemen dan masyarakat muslim Indonesia.
- Anggota Konstituante.
- Menyatukan kembali Aceh yang saat itu ingin berpisah dari NKRI.
- Mendirikan dan memimpin Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), yang cabang-cabangnya tersebar ke seluruh Indonesia.
- Wakil Ketua Muktamar Islam Internasional, di Pakistan.
- Aktif menemui tokoh, pemimpin dan dai di negara-negara Arab dan Islam untuk membangkitkan semangat membela Palestina.
- Anggota Dewan Pendiri Rabithah Alam Islami (World Moslem League), juga pernah menjadi sekjennya.
- Anggota Majelis Ala Al-Alamy lil Masajid (Dewan Masjid Sedunia).
- Presiden The Oxford Centre for Islamic Studies London.
- Pendiri UII (Universitas Islam Indonesia) bersama Moh. Hatta, Kahar Mudzakkir, Wahid Hasyim, dll. Juga enam perguruan tinggi Islam besar lainnya di Indonesia.
Hingga akhir hayatnya, tahun 1993, Natsir masih menjabat sebagai Wakil Presiden Muktamar Alam Islami dan anggota Majlis Ta’sisi Rabithah Alam Islami.
Tokoh Dunia Islam
Mohammad Natsir sangat dihormati oleh dunia Islam. Ia adalah ulama, da’i militan yang tidak pernah menyerah kepada lawan, dan selalu membela kebenaran. Dunia Islam mengakuinya sebagai pahlawan yang melintasi batas bangsa dan negara. Tahun 1957, Natsir menerima bintang ’Nichan Istikhar’ (Grand Gordon) dari Presiden Tunisia, Lamine Bey, atas jasa-jasanya dalam membantu perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara. Tahun 1980, Natsir juga menerima penghargaan internasional (Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah) atas jasa-jasanya di bidang pengkhidmatan kepada Islam untuk tahun 1400 Hijriah. Penghargaan serupa pernah diberikan kepada ulama besar India, Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi dan juga kepada ulama dan pemikir terkenal Abul A’la al-Maududi.
Dunia mengakuinya, namun di negerinya sendiri mulai dari rejim Soekarno dan Soeharto telah memandang sebelah mata. Ia beberapa kali masuk penjara dan sampai dilarang pergi keluar negeri oleh pemerintahan Soeharto karena ketokohannya yang sangat disegani dan dihormati di kancah perpolitikan Islam.
Penulis Tangguh
Disamping mahir berorganisasi sehingga menjadi negarawan ulung, Natsir juga berkarya dalam dunia perbukuan untuk mewariskan tsaqafah-nya. Karya-karya Mohammad Natsir antara lain: Fiqhud Da’wah (Fikih Dakwah), Ikhtaru Ahadas Sabilain (Pilih Salah Satu dari Dua Jalan), Shaum (Puasa), Capita Selecta I, II, dan III, Dari Masa ke Masa, Agama dalam Perspektif Islam dan masih banyak lagi.
Natsir memang bukan sekedar ilmuwan dan penulis biasa. Tulisan-tulisannya mengandung visi dan misi yang jelas dalam pembelaan terhadap Islam. Ia menulis puluhan buku dan ratusan artikel tentang berbagai masalah dalam Islam. Tulisan-tulisan Natsir menyentuh hati orang yang membacanya.
Haus Ilmu
Natsir juga dikenal sebagai pribadi yang haus ilmu dan tidak pernah berhenti belajar. Ia selalu mengambil manfaat dan inspirasi dari para pejuang dan orang-orang saleh. Diantara tokoh dunia Islam yang mempengaruhinya adalah Muhammad Amin Al-Husaini, Imam Asy Syahid Hasan Al-Banna, dan Imam Hasan Al-Hudhaibi.
Syuhada Bahri (Ketua DDII) menceritakan pengalamannya selama bertahun-tahun bersama Natsir. Hingga menjelang akhir hayatnya, Natsir selalu mengkaji Tafsir Al-Quran. Tiga Kitab Tafsir yang dibacanya, yaitu Tafsir Fii Dzilalil Quran, Tafsir Ibn Katsir, dan Tafsir al-Furqan karya A. Hasan.
Mencintai Dunia Pendidikan
Kecintaan Natsir di bidang pendidikan dibuktikannya dengan upayanya untuk mendirikan sejumlah universitas Islam. Setidaknya ada sembilan kampus yang Natsir berperan besar dalam pendiriannya, seperti Universitas Islam Indonesia, Universitas Islam Bandung, Universitas Islam Sumatera Utara, Universitas Riau, Universitas Ibn Khaldun Bogor, dan sebagainya. Tahun 1984, Natsir juga tercatat sebagai Ketua Badan Penasehat Yayasan Pembina Pondok Pesantren Indonesia. Di bidang pemikiran, tahun 1991, Natsir menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universiti Kebangsaan Malaysia.
Cita-citanya yang belum tercapai
Agus Basri dalam sebuah wawancara bertanya kepada Natsir, “Adakah sesuatu yang belum tercapai?” Ia menjawab: “Hingga sekarang ini, yang belum tercapai, sama seperti keinginan saya waktu jadi Perdana Menteri: orang-orang yang rukun, beragama, ada tasamuh, toleransi antara umat beragama yang satu dengan umat yang lain, itu ndak tercapai. Iya, Baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur (Negara sejahtera yang penuh ampunan Allah), itu yang ndak atau belum juga tercapai…”
Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan ampunan padanya. Semoga ada generasi baru yang meneruskan cita-citanya. Amin…
Sumber Tulisan:
- Seabad Mohammad Natsir, Mengenang Sosok Da’i negarawan yang tangguh, www.muslimdaily.net
- Mengenang Seabad Mohammad Natsir, Adian Husaini
Download ebook Tempo edisi khusus Natsir disini
5.29.2011
Tempo edisi khusus "Sjahrir" (ebook)
5/29/2011
SMRX86
Rasanya tidak perlu mengulangi isi dr posting sebelumnya yg menilai seberapa pentingnya ebook untuk saya dan para sejarawan (mungkin). Kali ini masih seputar tokoh sejarah yakni Sutan Syahrir. Mungkin sudah banyak yang mengenal tokoh yang satu ini, banyak yang menegenalnya sebagai perdana mentri masa presiden Sukarno namun tak sedikit juga yang mengenalnya sebagai nama jalan.........
Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada mereka-mereka yang belum begitu mengenal pahlawan yang satu ini maka saya putuskan untuk posting kali ini saya akan bagi ebook yang sebenarnya adalah kumpulan artikel dari majalah tempo edisi khusus "Sjahrir".
Sedikit mirip dengan model ebook Tan Malaka. Lembarannya mmg tak banyak tapi cukuplah untuk melihat jati diri, kiprah serta tragedi yang menyertai kehidupan Sutan Sjahrir....Romantikanya juga.........^^
Secara umum bila diminta pendapat tentang Sutan Sjahrir dr kumpulan tulisan dlm ebook ini saya akan nyatakan.....Tragis!!!!
*Download ebookny dgn mengklik logo pict di bawah
Ps: Hari ini barca menang...WEEEEEEE AR ZE CHAMPION MY FREN
Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada mereka-mereka yang belum begitu mengenal pahlawan yang satu ini maka saya putuskan untuk posting kali ini saya akan bagi ebook yang sebenarnya adalah kumpulan artikel dari majalah tempo edisi khusus "Sjahrir".
Sedikit mirip dengan model ebook Tan Malaka. Lembarannya mmg tak banyak tapi cukuplah untuk melihat jati diri, kiprah serta tragedi yang menyertai kehidupan Sutan Sjahrir....Romantikanya juga.........^^
Secara umum bila diminta pendapat tentang Sutan Sjahrir dr kumpulan tulisan dlm ebook ini saya akan nyatakan.....Tragis!!!!
*Download ebookny dgn mengklik logo pict di bawah
Ps: Hari ini barca menang...WEEEEEEE AR ZE CHAMPION MY FREN
5.22.2011
Why Historian need Ebook (kenapa sejarahwan butuh ebook)
5/22/2011
SMRX86
~ al n laura ries
"Anda tidak bisa menjual hari kemaren pada klien masa depan" saya memang tidak bisa pastikan apakah pernyataaan al dan laura ries berlaku mutlak, tapi setidaknya tidak berlaku untuk semua orang. Para sejarawan contohny, bagi mereka yesterday adalah bahan utama untuk menghasilkan produk yg benar-benar bisa dipertanggung jawabkan. Sungguh tidak jarang pencarian masa yang lalu membutuhkan riset bertahun-tahun, pengorbanan jutaan dolar (ehehehe...rupiah) yang tidak sedikit serta kondisi lapangan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
"Anda tidak bisa menjual hari kemaren pada klien masa depan" saya memang tidak bisa pastikan apakah pernyataaan al dan laura ries berlaku mutlak, tapi setidaknya tidak berlaku untuk semua orang. Para sejarawan contohny, bagi mereka yesterday adalah bahan utama untuk menghasilkan produk yg benar-benar bisa dipertanggung jawabkan. Sungguh tidak jarang pencarian masa yang lalu membutuhkan riset bertahun-tahun, pengorbanan jutaan dolar (ehehehe...rupiah) yang tidak sedikit serta kondisi lapangan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Tidak hanya bagi profesional, para pelajar yang menempuh spsialisasi sejarah juga sebenarnya menemukan hal sama, walaupun mereka masih berkutat dengan litratur-literatur dan buku2 standar pembelajaran sejarah. Kesulitan terbesar mereka ya itu....literatur. literatur2 yang bagus terkadang hanya tercantum di silabus2 atau muncul di tengah-tengah proses belajar mengajar, dan kebanyakan darinya punya tingkat possibility yg kecil untuk ditemukan di rak-rak perpustakaan atau di toko2 buku.
Namun tak hanya mahasiswa sejarah, ada banyak mahasiswa lainnya juga pernah mengalami hal yang sama. Yah...setidaknya beberapa orang yang pernah berciloteh dengan saya mengaku pernah mengalaminya.
lalu apa???....beberapa waktu yang lalu tepatnya pada postingan sebelumnya seseorang yang sama sekali tidak saya kenal mengungkapkan terima kasihnya akan ebook yang saya share. ini sama sekali tidak pernah saya bayangkan tapi cukup mengejutkan...beberapa kali kami sempat berkirim pesan, dan katanya "saya juga akan buek ciat yang mode ntu uda"..."rancak bana" timpal saya.
ada beberapa hal yang mungkin dipertimbangkan mengapa ebook perlu dibuat..i guess>>
- Too old n not printed any more, koleksi lama yang tidak dicetak lagi, tidak jelas sebabnya mengapa . terkadang karena penerbitannya sudah tidak eksis lagi dan ada juga yg penerbitnya ada cuma melihat ceruk pasar yang terlalu kecil untuk meraup keuntungan maka buku tersebut
tidakbelum dicetak ulang. - Too Old n easy to dissapear, literatur-literatur ini umumnya banyak dikoleksi para staf pengajar dan terkadang dipinjamkan pada para mahasiswa. Tapi tetapi ada kekhawatiran, ditengah-tengah banyakny peminjam resiko hilangny buku asli sangat amat mungkin terjadi. dan memang sering terjadi....
- Too Old n easy broken, buku-buku tua terkadang memuat informasi2 bagus tapi seiring berjalannya waktu. kondisi nya pun akan semakin memburuk.
- It's on the rack but limited, seperti apa yg katakan di awal, bukunya ada dirak2 perpustakaan cuma dalam jumlah terbatas dan terkadang hanya bisa dibaca tak dapat dipinjam (kolesi 1 buah, bisanya di kode 1 dengan lingkaran merah...^^)
- Too ekspensive, relatif sebenarnya, tapi juga ada yang pake alasan ini untuk mencetak ebook sendiri...termasuk saya..
Ini mungkin bukan pemaparan yang menarik dan sangat mungkin akan membuat marah para penulis buku, tapi intinya saya berpendapat >>mungkin ebook mungkin bisa dijadikan solusiny....
Untuk mengakhiri posting ini saya mengutip quotes dari film AntiTrust yg katanya
Untuk mengakhiri posting ini saya mengutip quotes dari film AntiTrust yg katanya
"Human knowledge Belong To The World"
jadi mari berbagi...
jadi mari berbagi...
Ps: ebook adalah buku berformat digital, bisa berbentuk pdf, djvu atw lainnya yang sangat portable untuk perangkat digital masa kini...
4.03.2011
Madilog: Sebuah Sintesis Perantauan ( Oleh Rizal Adhitya Hidayat)*
4/03/2011
SMRX86
*Penulis bekerja di Universitas Indonusa Esa Unggul
-------------------------
SAMPAI kematiannya yang tragis sebagai tumbal revolusi, lebih dari 20 tahun hidup Tan Malaka dihabiskan untuk merantau di negeri lain. Dari agen Komintern untuk Asia di Kanton sampai menjadi free agent bagi dirinya sendiri. Dari seorang pedagog tulen dengan jaminan finansial hingga hidup merdeka seratus persen. Dan Madilog, buku yang ditulisnya dalam persembunyian dari Kempetai, polisi rahasia Jepang (1943), adalah warisannya yang paling otentik.
-------------------------
SAMPAI kematiannya yang tragis sebagai tumbal revolusi, lebih dari 20 tahun hidup Tan Malaka dihabiskan untuk merantau di negeri lain. Dari agen Komintern untuk Asia di Kanton sampai menjadi free agent bagi dirinya sendiri. Dari seorang pedagog tulen dengan jaminan finansial hingga hidup merdeka seratus persen. Dan Madilog, buku yang ditulisnya dalam persembunyian dari Kempetai, polisi rahasia Jepang (1943), adalah warisannya yang paling otentik.
2.02.2011
Dari Perbendaharaan Lama by HAMKA
2/02/2011
SMRX86
Di Bawah Lentera Merah
2/02/2011
SMRX86
Di Bawah Lentera Merah adalah buku karangan Soe Hok Gie (yang merupakan skripsi sarjana mudanya) yang menarasikan satu periode krusial dalam sejarah Indonesia yaitu ketika benih-benih gagasan kebangsaan mulai disemaikan, antara lain lewat upaya berorganisasi. Melalui sumber data berupa kliping-kliping koran antara tahun 1917-1920-an dan wawancara autentik yang berhasil dilakukan terhadap tokoh-tokoh sejarah yang masih tersisa, penulisnya mencoba melacak bagaimana bentuk pergerakan Indonesia, apa gagasan substansialnya, serta upaya macam apa yang dilakukan oleh para tokoh Sarekat Islam Semarang pada kurun waktu 1917-an.
Di bawah pimpinan Semaoen, para pendukung Sarekat Islam berasal dari kalangan kaum buruh dan
1.10.2011
Perahu kertas by dee
1/10/2011
SMRX86
Naskah yang awalnya ditulis pada 1996 dan sempat ‘mati suri’ selama 11 tahun ini akhirnya ditulis ulang oleh Dee pada akhir 2007, menjadikan Perahu Kertas sebagai novel pertamanya yang bergenre populer. Kecintaan Dee pada format cerbung dan komik drama serial telah menginspirasinya untuk menuliskan cerita memikat ini. Perahu Kertas adalah karya Dee yang keenam sesudah Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, Supernova: Akar, Supernova: Petir, Filosofi Kopi, dan Rectoverso.