When liberty comes with hands dabbled in blood it is hard to shake hands with her ~Oscar Wilde
Mungkin takkan lupa dari ingatan kita akan peristiwa Cikeusik yang menewaskan beberapa warga ahmadiyah. Berbagai spekulasi muncul saat itu mulai dari pengalihan isu hingga campur tangan intelijen negara. Tapi yang pasti peristiwa ini tlah memicu keresahan masyarakat yang nota bene sudah dari sonony bertahun-tahun hidup dengan pluraritasnya. lalu kenapa sekarang baru sekarang peristiwa ini muncul..who knows???
Yah... tak ada yang tahu tentang siapa aktor sesungguhny apalagi apa motif tindakan kriminalnya. semua terlihat kabur , apalagi saat kasus ini masuk keranah penegak hukum yang sejak awal indikasikan sengaja membiarkan peristiwa ini terjadi. Bagian terparah pasca peristiwa penyerangan ahmadiah di cekeusik dan di susul oleh daerah lainnya adalah tindak lanjut pemerintah pusat. Pemerintah dinilai tidak tegas dalam menetapkan status Ahmadiah dan tetap memepertahankan sikap bahwa SKB 3 mentri tetap jadi solusi dari sekelumit persoalan agama di negara yg rakyatnya rentan diprovokasi.
Bagi para sosiolog peristiwa ini mungkin bisa digolongkan sebagai konflik, tapi apapun pendapat ahli sosiologi akan konflik rasanya percuma untuk kita-kita rakyat yang telah berkali-kali mengecap pengalaman dan merasakan dampak dari konflik itu sendiri. Dalam lain hal, lewat studi managemen konflik kita bisa melihat bahwa kegagalan pemerintah dalam menindak lanjuti peristiwa cikuesik sudah telihat sejak awal, apakah itu identifikasi persoalan yang memicu konflik sampai bagaimana pemerintah pusat menempatkan diri dalam pemecahan konflik. Berbagai upaya seperti arbitrase (arbitration), mediasi (mediation) atau konsultasi (Consultation) menemui jalan buntu. nah ....tanya Knapa
Apapun itu...sadar atau tidak sadar kita para rakyat jelata dibiarkan mengambang tanpa tahu bagai mana harus bertindak, atau dalam skala kecil bagaimana kita harus bersikap bila sempat singgah dalam situasi dan kondisi menyangkut SARA seperti ini. Yang pasti tindakan pertumpahan darah tak pernah menjadi ide baik untuk menyelesaikan masalah apapun.
Mungkin solusi mudahnya hanya dengan berkata seperti ini "mmm...ya mungkin ada kemiripan dalam nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran kita cuma tetap saja kita tak sama" seraya melenggang dengan keimanan yang akan terus kita pegang teguh hingga ajal nanti.