4.26.2012

Tempo Edisi Khusus Kartosoewirjo

SEKARMADJI Maridjan Kartosoewirjo lahir pada 7 Januari 1907 di Cepu, Jawa Tengah-kota dengan romansa Bengawan Solo dan belukar hutan jati. Sang ayah, Kartosoewirjo, mantri candu pemerintah Belanda, memberinya nama Sekarmadji Maridjan. Kelak nama ayahnya disematkan di belakang nama sang bayi. Kakek si orok adalah Kartodikromo, Lurah Cepu. Rumah sang kakek tempat Sekarmadji lahir, di belakang pasar lama, kini telah musnah.

Yang tersisa adalah rumah di Jalan Raya Cepu 15, milik Kartodimedjo, paman Sekarmadji, yang sempat menjadi pamong praja pemerintah Belanda. Rumah kayu jati berkapur putih yang dibangun pada 1890 itulah tempat berkumpul keluarga besar Kartodikromo. “Ini rumah induk, tempat jujugan keluarga besar kami,” kata Nuk Mudarti, 75 tahun, keponakan Sekarmadji.

Pada usia enam tahun, Sekarmadji masuk Inlandsche School der Tweede Klasse Cepu, sekolah yang biasa disebut sekolah ongko loro (angka dua).

Sebagai anak pegawai pemerintah, Sekarmadji hidup berpindah-pindah mengikuti tugas ayahnya. Selain di Cepu, ayahnya pernah berdinas di Pamotan, Rembang, Jawa Tengah. Di kota ini, Sekarmadji melanjutkan sekolah ke Hollands Inlandsche School. Ketika pindah ke Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, pada 1919, ia meneruskan pendidikan ke Europeesche Lagere School, sekolah elite khusus anak Belanda. Hanya pribumi cerdas yang boleh masuk. Di kala libur, Sekarmadji kerap bermalam di rumah Jalan Raya Cepu 15.

Pada 1923, Sekarmadji meneruskan pendidikan ke Nederlandsch Indische Artsen School, sekolah kedokteran Belanda di Surabaya. Saat itu Sekarmadji sudah hafal Al-Quran berikut tafsirnya. Kemampuan ini dikembangkan ketika dia kuliah di Surabaya dan mempertemukannya dengan tokoh Islam, Haji Oemar Said Tjokroaminoto.

Masa kecil Sekarmadji dihabiskan di lingkungan abdi dalem pemerintah Belanda. “Kami keturunan birokrat,” kata Nuk. Ronodikromo, kakek buyut Sekarmadji, adalah Lurah Merak, Panolan, Cepu. Soal keyakinan beragama, “Keluarga Kartodikromo cenderung abangan,” kata Nuk. “Kami priayi feodal.”

Meski priayi feodal, keluarga Kartodikromo demokratis. Perbedaan prinsip, pandangan politik, dan ideologi dihargai. Anak-anak diajari berpendirian teguh. “Itulah mengapa Mas Marco dan Sekarmadji teguh mempertahankan prinsip.”

Mas Marco, satu dari tujuh anak Kartodikromo, meninggal di pengasingan Digul karena menentang pemerintah Belanda. Marco dikenal sebagai aktivis kiri di era kolonial. Sekarmadji memimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Keislaman Sekarmadji banyak dipengaruhi ajaran Notodihardjo, pemuka Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) di Padangan, Bojonegoro. Pikiran kritis Sekarmadji terus bertumbuh ketika dia kuliah di Surabaya.

Suatu malam pada 1948, Sekarmadji datang ke rumah nomor 15. Nuk Mudarti masih mengingatnya. Kehadiran pamannya ini mencemaskan orang serumah. Jika Sekarmadji datang, polisi dan intelijen mengitari rumah. “Menakutkan,” kata Nuk. “Saya masih kecil, tak tahu mengapa intel menguntitnya.” Sejak 1940-an, Sekarmadji tak pernah lagi singgah di rumah induk. “Hingga kami mendengar dia merantau ke Malangbong,” kata Nuk. Hubungannya dengan Cepu putus.

Soemarti alias Dora, saudara kandung Sekarmadji, turut hijrah ke Malangbong, Garut, Jawa Barat. Dia pernah mengajak keluarga Cepu berkunjung ke Malangbong. Oleh-oleh hasil bumi sudah disiapkan. Tapi kunjungan itu tak pernah terwujud.

Saat meletus peristiwa pemberontakan DI/TII, keluarga Cepu menutup diri. Ketertutupan berlanjut sampai zaman Orde Baru. Keluarga besar Cepu, yang rata-rata pegawai pemerintahan, khawatir disangkutpautkan dengan gerakan Sekarmadji.

“Kami jadi kepaten obor, kehilangan jejak,” kata Kusparyono, 55 tahun, keponakan Sekarmadji di Cepu. Sardjono, putra bungsu Sekarmadji, membenarkan soal putusnya hubungan keluarga ini. “Sejak Ayah hijrah ke Malangbong, tak pernah lagi ke Cepu,” katanya.
Fonts by Typekit

Zaman berganti. Kini perjalanan hidup Sekarmadji justru membuat keluarga Cepu bangga. “Kami rindu bertemu anak-cucu Sekarmadji,” kata Nuk. Sardjono merasakan hal yang sama. “Kami tak punya bayangan bagaimana Cepu itu,” ujarnya.

l l l

RUMAH tua di Jalan Dr Soetomo, Pengkok, Padangan, Bojonegoro, itu kosong, tak terurus. Bangunan besar berwarna merah dengan lis abu-abu itu milik Mashudi (almarhum), pengusaha transportasi, anggota PSII pada 1940-an. “Ini rumah bersejarah,” kata Yunani, 58 tahun, putra Mashudi.

Sebelum masa pendudukan Jepang, rumah ini ditempati Notodihardjo alias Abdurrahman, aktivis PSII yang bergabung dengan Muhammadiyah. Saban bulan, Noto mengadakan pengajian sambil mengumpulkan bantuan untuk kaum fakir. Warga Bojonegoro, Ngawi, Blora, dan Cepu datang menghadiri pengajian. “Mbah Noto ini guru ngaji Sekarmadji,” kata Yunani. “Beliau punya mesin tik.”

Murid Noto lainnya adalah Suroatmodjo, juga anggota PSII. Putranya, Slamet, 67 tahun, berkisah tentang sang guru ngaji berdasarkan penuturan ayahnya. Noto berasal dari Surakarta. Istrinya dari Montong, Tuban. Tutur katanya halus, dia selalu mengenakan blangkon, beskap, dan selop. “Katanya, Noto keturunan Keraton Mangkunegaran,” ujar Slamet.

    Dalam perenungan guru-murid menurut kisah yang didengar Ahmad, muncul dua sosok. Noto menaiki macan putih, yang diartikan sebagai pandita. Adapun sosok Sekarmadji muncul dengan menaiki kuda putih, simbol pengelana.

Rumah ayah Slamet, Suroatmodjo, di Dusun Sale, Sumembramum, Ngraho, sekitar 45 kilometer di barat Bojonegoro. Rumah ini kerap digunakan sebagai tempat rapat tokoh PSII. “Kami menyebutnya pertemuan rahasia, sering dihadiri orang tak dikenal,” kata Slamet.

Pada 1950-an, sebulan penuh Noto diperiksa polisi Ngawi. Polisi tidak menemukan bukti keterlibatannya dalam pemberontakan DI/TII. Hubungan Noto dan Sekarmadji dianggap hanya bersifat keagamaan. Pensiunan sinder kehutanan itu pun bebas dari tuduhan.

Tak jelas benar kapan persisnya Sekarmadji berguru pada Noto. Mungkin ketika Sekarmadji masih tinggal bersama ayahnya, atau ketika dia kuliah di Surabaya. “Kami tak tahu,” kata Nuk Mudarti.

Haji Damamini, 81 tahun, tokoh Masyumi dan Muhammadiyah di Ngraho, bercerita tentang sosok Noto. Menurut dia, Noto tersohor di seantero Cepu dan kota-kota di sekitarnya. “Dia punya indra keenam,” kata Damamini. Kemampuan itulah yang menerbitkan simpati dan hormat banyak orang kepada Noto.

Hubungan Noto-Sekarmadji banyak diwarnai kisah yang susah ditelusuri kebenarannya. Ahmad, 60 tahun, salah satu santri Noto, pernah mendengar kisah pertemuan Noto-Sekarmadji di tepi Bengawan Solo pada 1948. Ketika itu, sang murid hendak mengambil keputusan penting: hijrah ke Malangbong.

Dalam perenungan guru-murid, menurut kisah yang didengar Ahmad, muncul dua sosok. Noto menaiki macan putih, yang diartikan sebagai pandita. Adapun sosok Sekarmadji muncul dengan menaiki kuda putih, simbol pengelana. Noto meminta muridnya memperdalam agama dulu. Namun Sekarmadji nekat dan memilih pergi ke Malangbong. “Mereka lalu berpisah,” kata Ahmad.

Noto terus mengajar ngaji hingga wafat, pada 1971. Dia dimakamkan di Padangan. Jejak Sekarmadji pun semakin kabur sepeninggal sang guru. Ahmad mengenang, “Hanya Mbah Noto yang tahu hati Sekarmadji.”


download here

2.24.2012

Tempo Edisi Khusus Soeharto (ebook)

Majalah Tempo Edisi 4-10 Februari 2008
Ruang rapat Tempo itu penuh sesak oleh para tamu dari belasan perwakilan umat Nasrani. Seluruh awak redaksi, dari pemimpin redaksi hingga calon reporter, hadir pada Selasa, 5 Februari itu. "Perjamuan" sekitar satu jam tersebut adalah buntut gambar pada sampul majalah Tempo yang terinspirasi lukisan Leonardo da Vinci: Perjamuan Terakhir Yesus Kristus. Para perwakilan menyatakan keberatan dengan pemuatan gambar yang menurut mereka sakral itu.

Gambar tersebut dimuat Tempo beberapa hari setelah wafatnya bekas presiden Soeharto. Mirip komposisi Perjamuan Terakhir, Soeharto tampak dikelilingi enam anaknya. Sebelum kedatangan para perwakilan itu, protes juga masuk melalui surat elektronik, faksimile, telepon, dan pesan pendek. Sejumlah media bahkan memuat gambar sampul majalah ini.

Meski pada mulanya diskusi berlangsung panas, semua pihak keluar dari ruang rapat dengan senyum. Pemimpin Redaksi Toriq Hadad menyatakan permintaan maaf jika gambar itu telah menyinggung perasaan umat Kristen. Tempo memuat permintaan maaf di Koran Tempo dan majalah edisi berikutnya. Para perwakilan umat pun menyatakan masalah selesai.

Tak cuma heboh dan mengundang kontroversi, Tempo edisi khusus Soeharto juga termasuk yang paling laris dalam sepuluh tahun terakhir. Para pembaca yang penasaran-terutama setelah heboh "perjamuan"-dan ingin memiliki edisi tersebut harus gigit jari, karena cuma selang sehari setelah beredar, semuanya laku terjual.

Edisi ini mengulas 32 tahun kekuasaan Soeharto. Edisi ini disiapkan selama tujuh tahun. Tim edisi khusus ini pun berganti empat kali.

download here

2.06.2012

Whats new in Februari

Hallo monday, beberapa hari belakangan saya menjadi sedkit sibuk dengan blog yang baru. 'Omongan.blogspot.com'...hmmmm..*pegang dagu....so in this posting i'll tell u little story about it, here it goes:
(line berikutnya akan terlihat seperti frequently asked question /FAQ)
Q: Berapa lama pengerjaannya...
A: Pengerjaan dari awal hingga menjadi yang seperti sekarang memakan waktu kurang lebih 8-9 jam_an on off.

Q: Kenapa bisa sekian lama...
A: Karena semuanya dikembangkan secara bertahap, mulai dari memasang template, costumisasi css, bikin icon, costumize menu, pasang slider beserta content slidernya dan tentunya format posting untuk tulisannya.
.
Q: Blog ini akan membahas soal apa, dalam kata lain kontennya akan diisi apa...
A: Kontennya hanya akan berupa berita2 ringan serta issu2 seputar social media.
Q: Jadi apa tujuan anda dengan blog ini sebenarnya...
A: hmm...cm iseng doank..hahahaa becanda, sebenarnya tujuannya hanya sebagai kanal untuk konten2 yang tidak terlalu berat dan personal.

Q: So what next ???
A: Berikutnya...ya hanya tinggal posting dengan sistem scheduling yang dimiliki blogger.com.
So, i proudly present to you......http://omongan.blogspot.com/

Screen shoot of omongan

1.28.2012

What is KOWAWA! \(´▽`)/ ???


'KOWAWA! \(´▽`)/, sedikit terdengar seperti bocah cadel yang berusaha mengucapkan koala.'

Istilah ini tiba-tiba menjadi highlight perbincangan media twitter. Banyak user dibuat bingung apa arti dan maksudnya.
Saya sendiri juga tak luput terkena imbas kowawa, dalam chat kemarin  muncul dan kontan saya buka google untuk menterjemahkan kata2 asing ini.
  • Persepsi awal saya mengatakan kalau ini bahasa Jepang. Tapi ternyata tidak...KOWAWA! yang diikuti sebuah simbol emoticons \(´▽`)/ sama sekali tidak berarti apa-apa.
  • @BabikBinal sebagai user pertama yang menggunakan istilah ini hanya mengemukakan kalau, KOWAWA means KOWAWA! \(´▽`)/ it's an expression.
  • Hmmmm...tapi tampaknya definisi yang dikeluarkan oleh @SaintChyril lebih pas untuk menjelaskan apa itu KOWAWA..'KOWAWA!\(´▽`)/ is the new SMURF to express happiness and positive vibe...

Curiosity..rasa penasaran merupakan tersangka utama knapa hal-hal kecil seperti ini kemudian bisa menjaring perhatian khalayak lalu kemudian ikut jadi pengikut [follower].

Melihat fenomena ini saya jadi teringat akan konsep 'Tribes' nya Seth Godin, dalam bukunya "Tribes-Andalah Pemimpin yang kami cari' Godin mengatakan bahwa di era digital setiap orang bisa membangun tribes ny sendiri. Hanya dibutuhkan dua hal, yakni minat yang sama dan sarana komunikasi.

Misalnya: 
saya suka memposting status lucu dari kehidupan sehari-hari ke Facebook. Saya tag teman-teman, dan banyak yang berkomentar di status tersebut. Mereka menyukainya. Dalam hal ini, saya adalah pemimpin tribes, sementara penonton dan pengkomentar tadi adalah anggotanya. Setiap anggota ini bisa berhubungan langsung dengan dunia luar. Mereka menceritakan ke teman-teman mereka, keluarga, dan pada akhirnya terbentuklah sebuah manifesto, terobosan baru, dan trend baru. Sekali lagi, disini saya berperan sebagai pemimpin tribes ini, dan dengan membangun kondisi ini, saya bisa dapat mendapatkan lebih banyak anggota dan bisa membentuk tribes yang lebih besar. Bila dikelola secara professional, tribes ini bisa menjadi aset yang multifungsi, baik dalam bantuk materil atau nonmateril.

Jujur, tak banyak hal penting yang bisa diambil dari istilah ini selain pesan 'Let KOWAWA!\(´▽`)/ in to your heart. Spread the love ♥' yang bila dikelola dengan baik bukan tak mungkin akan memberikan profit dalam bentuk materil ataupun immateril.

P.S.: ┒('o'┒), (┌','┐) = KOWAWA! \(´▽`)/ \(´▽`)/

1.23.2012

Water Drop Sensation (basic photoshop tutorial)

  

Dari sekian banyak gambar yang telah dibuat di akhir tahun 2011, mungkin gambar yang satu inilah yang paling saya jagokan. Sebenarnya ini berawal dari percakapan di inet tentang typograph. Alhasil tercetuslah ide untuk membuat sebuah typograph (seni gambar abjad dan simbol) yang sama sekali tidak biasa. Berbekal beberapa lembar catatan tutorial akhirnya project inipun sukses terpublish.

Di posting kali ini saya mencoba untuk mengulang kembali bagaimana dasar pembuatannya...n here we go
yang diperlukan:
- Gambar background
- Photoshop (terserah versi berapa)
- Minuman dingin (biar makin kerasa sensasi waternya)...

Kalau sudah lengkap semua ...baru, saya persilahkan menyaksikan video tutor di bawah ini ..



*beberapa setting yang perlu diperhatikan dilbagian layer option
- drop shadow
- inner shadow
- inner glow

- bevel and emboss
- contour
- exclusion layer blending mode

Yups..slamat berkreasi...
P.S: musik latar >> careless wishper ny seether

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More